JDNews.com, Batam – Kompleks Muhammadiyah ASEAN Batu Aji menjadi saksi demo dari ratusan siswa Muhammadiyah yang menuntut kehadiran kembali guru-guru mereka yang mogok mengajar. Dengan membawa spanduk bertuliskan “Kembalikan Guru Kami”, para siswa memprotes absennya guru selama beberapa hari terakhir, sebagai bentuk solidaritas terhadap guru yang mengeluhkan ketidakadilan dan persoalan kesejahteraan yang sudah lama terjadi. Rabu (9/10/2024).
Guru-guru yang tergabung dalam Forum Guru Muhammadiyah (FGM) menyatakan bahwa aksi mogok ini akibat terjadi karena surat mosi ketidakpercayaan terhadap Majlis Pendidikan dan Dasar manengah Muhammadiyah Kota Batam kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) merupakan respon atas tiga masalah utama yang dihadapi para pengajar di bawah naungan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah. Ketidakpuasan ini memuncak setelah surat Mosi tidak percaya yang dikirimkan kepada pimpinan daerah Muhammadiyah tidak dihiraukan. Mereka menyatakan bahwa ketidakpedulian pengurus ini sudah mencederai martabat dan kesejahteraan para pendidik.
Awak media JDNews.co.id mewawancarai salah seorang guru melalui telpon selulara (Aplikasi whatapp) yang tak mau disebut namanya, “ada tiga persoalan yang dihadapi guru muhammadiyah Batam batu aji”, ujarnya.
Guru tersebut menyebutkan tiga persoalan mendasar yang memicu aksi mogok ini:
1. Pemotongan Gaji Akibat Sistem Absensi yang Rumit
Guru-guru merasa tercekik oleh sistem absensi yang disebut terlalu jelimet dan memotong hampir separuh gaji mereka jika dianggap tidak memenuhi kriteria kehadiran. Banyak dari mereka mengaku kebijakan ini tidak hanya tidak manusiawi, tetapi juga tidak mencerminkan penghargaan atas dedikasi yang telah mereka berikan selama bertahun-tahun.
“Kami hadir setiap hari dan mengajar dengan penuh tanggung jawab, tapi karena sistem absensi yang rumit ini, gaji kami dipotong drastis. Ini tidak adil,” ujar seorang guru yang tergabung dalam Forum Guru Muhammadiyah.
2. Desakan Seragam yang Tidak Kunjung Terealisasi
Tidak hanya soal gaji, guru-guru juga menghadapi tekanan dari wali murid terkait seragam sekolah yang belum terealisasi, meskipun pembayaran sudah dilakukan oleh para siswa. Sejumlah wali murid mulai mempertanyakan kemana uang tersebut dialokasikan dan mengapa seragam yang dijanjikan tidak juga diterima. Guru, yang menjadi penghubung utama antara sekolah dan orang tua, berada di posisi sulit karena harus menjelaskan situasi yang mereka sendiri tidak ketahui jawabannya.
“Setiap hari kami ditanya soal seragam oleh wali murid, padahal kami tidak tahu menahu soal administrasi keuangan itu,” keluh seorang guru yang memilih untuk tetap anonim.
3. Pembayaran SPP yang Tumpang Tindih
Masalah administrasi keuangan di sekolah Muhammadiyah ASEAN Batu Aji semakin rumit dengan adanya pembayaran SPP yang tumpang tindih. Para orang tua siswa kebingungan karena diminta melakukan pembayaran sudah dilakukan namun pada Bank Mini belum terimput, sementara pihak sekolah tidak memberikan penjelasan yang jelas mengenai hal ini. Guru-guru merasa beban mereka semakin berat karena selain harus berurusan dengan siswa, mereka juga menjadi sasaran kekecewaan dari para orang tua.
Buntut Surat Mosi Tidak Percaya yang Tak Dihiraukan oleh PD Muhammadiyah Batam terjadi mogok guru dan demo siswa muhammadiyah Batu Aji.
Permasalahan ini sebenarnya sudah berusaha diselesaikan secara internal oleh para guru. Forum Guru Muhammadiyah telah mengirimkan surat Mosi tidak percaya kepada Majelis Dikdasmen Muhammadiyah kepada pimpinan daerah Muhammadiyah. Dalam surat tersebut, para guru menuntut adanya perubahan kebijakan terkait sistem absensi, transparansi penggunaan dana seragam, dan kejelasan mekanisme pembayaran SPP.
Namun, surat tersebut tidak mendapatkan tanggapan. Hal ini membuat para guru merasa tidak ada lagi ruang dialog, sehingga aksi mogok menjadi pilihan terakhir mereka.
Aksi Protes Siswa: “Kembalikan Guru Kami”
Mogoknya para guru menimbulkan dampak yang besar bagi para siswa. Tidak adanya kegiatan belajar mengajar selama beberapa hari terakhir membuat para siswa khawatir akan tertinggal pelajaran. Mereka pun akhirnya turun ke jalan dan menggelar aksi di kompleks sekolah Muhammadiyah ASEAN Batu Aji, menyerukan agar masalah ini segera diselesaikan.
Dengan membawa spanduk dan poster, para siswa memohon agar guru-guru mereka kembali mengajar. Kami hanya ingin mereka kembali dan kami bisa belajar seperti biasa,” ungkap salah seorang siswa yang ikut dalam aksi tersebut.
Aksi ini seharusnya menjadi peringatan bagi pengurus Muhammadiyah untuk segera mengambil tindakan nyata. Jika dibiarkan berlarut-larut, masalah ini tidak hanya akan merugikan para guru dan siswa, tetapi juga mencoreng nama baik lembaga pendidikan yang selama ini dikenal mengedepankan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan.
Pimpinan Muhammadiyah daerah diharapkan segera membuka jalur komunikasi dengan para guru dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Tanpa adanya tindakan konkrit, krisis ini berpotensi berkembang menjadi lebih besar dan merusak reputasi Muhammadiyah di mata publik.
Aksi demo “Kembalikan Guru Kami” merupakan puncak dari ketidakpuasan yang sudah lama dirasakan oleh para guru di bawah naungan Majlis Dikdasmen Muhammadiyah ASEAN Batu Aji. Persoalan kesejahteraan guru, mulai dari pemotongan gaji hingga tekanan dari orang tua, tidak dapat dianggap remeh. Pihak pengelola pendidikan Muhammadiyah harus segera mengambil langkah serius untuk mengatasi masalah demi kebaikan semua pihak. (Red)