JDNews.co.id – Di tengah arus deras impor gula dan dominasi varietas tebu hasil rekayasa industri, Tebu Raja Bululawang tetap menunjukkan eksistensinya sebagai varietas lokal yang tangguh. Tebu ini telah lama dikenal petani di wilayah Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebagai tanaman unggulan yang punya cita rasa manis khas serta daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Meski tak lagi populer secara nasional, di mata petani lokal, Tebu Raja masih punya nilai strategis.
Tebu Raja dikenal memiliki batang yang besar dan padat, dengan kandungan nira tinggi. Inilah yang membuatnya tetap dilirik oleh petani kecil dan pengrajin gula merah tradisional. Mereka menilai bahwa meskipun pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibanding varietas hibrida, Tebu Raja memberikan hasil yang lebih stabil dan kualitas gula yang lebih alami. Selain itu, tebu ini lebih adaptif terhadap kondisi tanah lokal yang kurang subur dan minim pemupukan.
Sayangnya, keberadaan Tebu Raja mulai terdesak sejak masuknya varietas unggul impor yang dipromosikan melalui program modernisasi pertanian. Varietas baru ini memang menjanjikan hasil panen lebih cepat dan volume yang lebih tinggi, namun tidak selalu cocok dengan kondisi lahan petani tradisional. Banyak petani yang kemudian kembali ke Tebu Raja setelah mengalami penurunan kualitas tanah dan meningkatnya biaya perawatan tanaman varietas baru.
Di luar keunggulan agronominya, Tebu Raja juga menyimpan nilai budaya. Banyak warga Bululawang yang masih mengaitkan tebu ini dengan tradisi lokal, seperti pembuatan gula merah untuk hajatan dan upacara adat. “Ini bukan sekadar tebu, tapi bagian dari kehidupan kami,” ujar Pak Kardi, petani tebu generasi ketiga di Bululawang. Menurutnya, Tebu Raja ibarat warisan yang tak ternilai, dan layak dilestarikan.
Kini, beberapa komunitas petani dan pemerhati pertanian lokal mulai mendorong upaya konservasi dan pengembangan kembali Tebu Raja. Mereka menggagas pembibitan mandiri dan menjalin kerja sama dengan koperasi gula lokal agar varietas ini mendapat ruang tumbuh yang lebih luas. Dukungan dari pemerintah daerah pun mulai terlihat, meski masih dalam skala terbatas.
Keberlangsungan Tebu Raja Bululawang bukan hanya soal menjaga jenis tanaman, tapi juga mempertahankan kemandirian pangan dan identitas lokal. Di tengah arus globalisasi dan ketergantungan pada impor, varietas seperti Tebu Raja menjadi simbol ketahanan dan kearifan lokal. Harapannya, varietas ini tak hanya bertahan, tapi kembali berjaya di tanah kelahirannya sendiri.