JDNews.co.id – Mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, kembali menjadi sorotan setelah ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Indonesia. Penunjukan ini diumumkan oleh CEO Danantara, Rosan Roeslani, pada 24 Maret 2025.
Thaksin, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand dari 2001 hingga 2006, dikenal karena kiprahnya di dunia politik dan bisnis. Sebelum terjun ke politik, ia sukses membangun kerajaan telekomunikasi melalui Shin Corporation. Namun, masa kepemimpinannya diwarnai berbagai kontroversi, termasuk tuduhan korupsi dan otoritarianisme, yang berujung pada kudeta militer terhadap pemerintahannya pada 2006.
Setelah lengser, Thaksin menghadapi berbagai dakwaan, termasuk penggelapan pajak dan penghinaan terhadap kerajaan Thailand. Ia sempat menjalani pengasingan diri sebelum akhirnya kembali ke Thailand pada 2023, di mana ia sempat ditahan dan kemudian dibebaskan dengan pembebasan bersyarat.
Penunjukan Thaksin sebagai penasihat Danantara menimbulkan beragam reaksi. Sebagian pihak mempertanyakan keputusan ini mengingat rekam jejak kontroversialnya di Thailand. Namun, pihak Danantara berharap pengalaman internasional Thaksin dapat memberikan kontribusi positif bagi pengelolaan investasi dan strategi ekonomi Indonesia.
Selain Thaksin, Danantara juga mengumumkan sejumlah tokoh terkemuka lainnya sebagai anggota dewan penasihat, termasuk ekonom Jeffrey Sachs dan investor Ray Dalio. Mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, juga dilibatkan dalam struktur organisasi Danantara sebagai anggota Dewan Penasihat.
Danantara, yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Februari 2025, bertujuan untuk mengelola aset negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi strategis. Dengan target mengelola aset senilai lebih dari $900 miliar, Danantara diharapkan dapat menjadi motor penggerak utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.