JDNews.co.id – Fenomena La Niña adalah kondisi di mana suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya, akibat penguatan angin pasat yang membawa air hangat ke arah barat, mendekati kawasan Asia Tenggara dan Australia. Perubahan suhu air laut ini secara langsung memengaruhi pola cuaca global, termasuk di Indonesia dan wilayah sekitarnya. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai bagaimana La Niña memengaruhi cuaca hujan saat ini:
1. Peningkatan Curah Hujan di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia
La Niña cenderung meningkatkan curah hujan di wilayah tropis, terutama di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Air laut yang lebih hangat di wilayah Pasifik bagian barat dan sekitarnya meningkatkan penguapan air, sehingga lebih banyak uap air yang terbentuk dan diangkut ke atmosfer. Akibatnya, awan hujan terbentuk lebih cepat, dan curah hujan pun menjadi lebih tinggi dari biasanya. Inilah yang menyebabkan peningkatan frekuensi hujan lebat dan lebih sering terjadi di wilayah Indonesia selama fenomena La Niña berlangsung.
2. Musim Hujan yang Lebih Awal dan Intens
Di Indonesia, La Niña sering kali memicu datangnya musim hujan lebih awal dari prediksi normal. Selain itu, intensitas hujan selama musim hujan juga cenderung meningkat. Wilayah-wilayah yang biasanya mengalami curah hujan sedang bisa mengalami curah hujan lebat, sehingga meningkatkan risiko banjir di daerah perkotaan maupun pedesaan. Selain itu, musim peralihan dari kemarau ke hujan bisa lebih pendek, dan musim hujan itu sendiri bisa lebih panjang.
3. Banjir dan Bencana Alam Terkait Hujan
Curah hujan yang tinggi selama La Niña sering kali menyebabkan banjir di banyak wilayah Indonesia, terutama di daerah dataran rendah dan kota besar dengan sistem drainase yang kurang memadai. Selain banjir, risiko tanah longsor juga meningkat di daerah perbukitan dan pegunungan, karena tanah menjadi lebih jenuh dengan air akibat hujan terus-menerus. Ini adalah salah satu dampak langsung dari curah hujan yang lebih intens yang disebabkan oleh La Niña.
4. Gangguan Pada Siklus Pertanian
Fenomena La Niña yang membawa lebih banyak hujan sering kali mengganggu siklus pertanian di Indonesia. Banyak tanaman membutuhkan keseimbangan antara curah hujan dan sinar matahari untuk tumbuh optimal, namun dengan curah hujan yang berlebihan, beberapa tanaman bisa mengalami kerusakan akibat tergenang air atau tanah yang terlalu lembap. Ini bisa memengaruhi produksi pangan, terutama di sektor pertanian padi dan sayuran.
5. Peningkatan Aktivitas Badai dan Angin Kencang
Selama La Niña, tekanan udara di wilayah Pasifik barat lebih rendah daripada biasanya. Hal ini dapat memicu peningkatan aktivitas badai tropis dan angin kencang di wilayah yang terpengaruh, termasuk Indonesia. Selain hujan lebat, wilayah Indonesia mungkin juga menghadapi angin kencang yang bisa menyebabkan kerusakan pada infrastruktur dan properti.
6. Suhu Udara yang Relatif Lebih Dingin
Meskipun curah hujan meningkat, suhu udara selama fenomena La Niña bisa relatif lebih dingin daripada kondisi normal, karena sinar matahari yang terhalang oleh awan hujan. Hujan yang terus-menerus dan peningkatan kelembapan juga menciptakan kondisi yang lebih sejuk di berbagai daerah. Ini berbeda dengan fenomena El Niño, yang biasanya menyebabkan suhu lebih panas dan cuaca kering.
7. Pengaruh pada Aktivitas Perikanan
La Niña juga memengaruhi aktivitas perikanan, terutama di wilayah pesisir Indonesia. Karena suhu air laut yang lebih dingin di bagian tengah dan timur Pasifik, ikan cenderung berpindah ke perairan yang lebih hangat, seperti di Samudra Pasifik bagian barat dan Laut Indonesia. Ini bisa menjadi keuntungan bagi sektor perikanan di Indonesia, dengan hasil tangkapan yang lebih melimpah.
8. Meningkatnya Risiko Penyakit Terkait Musim Hujan
Curah hujan yang tinggi dan kondisi basah selama La Niña juga meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan air dan kelembapan, seperti demam berdarah, malaria, dan diare. Genangan air akibat banjir menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, yang menyebarkan demam berdarah. Selain itu, banjir juga bisa mengkontaminasi sumber air bersih, menyebabkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air.
Fenomena La Niña menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan musim hujan yang lebih panjang dan intens. Hal ini membawa dampak pada banyak aspek kehidupan, dari risiko banjir dan tanah longsor hingga gangguan pada siklus pertanian. Cuaca hujan yang cenderung deras dan berlangsung lebih lama ini merupakan efek langsung dari interaksi antara suhu air laut yang lebih dingin di Samudra Pasifik timur dan meningkatnya aktivitas penguapan di wilayah Pasifik barat.