JDNews.co.id – Penerapan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) sebagai jalur masuk utama ke perguruan tinggi negeri membuat banyak sekolah menengah atas (SMA) mulai meninjau kembali struktur kurikulumnya. Salah satu dampaknya adalah bangkitnya kembali peran jurusan IPA, IPS, dan Bahasa sebagai penentu arah belajar siswa sejak awal. Banyak pihak menilai, pengelompokan jurusan bisa membantu siswa lebih fokus mempersiapkan diri menghadapi SNBT yang sangat kompetitif.
Meski Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih mata pelajaran lintas jurusan, pada praktiknya banyak sekolah mulai “menertibkan” kembali pilihan siswa. Alasannya sederhana: pemetaan jurusan membuat pembinaan dan bimbingan belajar lebih terarah. Misalnya, siswa jurusan IPA bisa lebih fokus pada soal-soal SNBT berbasis sains dan kuantitatif, sementara jurusan IPS dapat memperdalam materi sosial, ekonomi, dan geografi.
“Sekolah kami kembali menerapkan jurusan karena hasil evaluasi tahun lalu menunjukkan siswa lebih siap menghadapi SNBT ketika mereka belajar dalam kelompok yang homogen,” ujar Wahyu Nugroho, Kepala SMA Negeri di Yogyakarta. Ia menyebut, pendampingan intensif lebih mudah dilakukan saat siswa memiliki minat dan kemampuan yang relatif sejalan.
Tak hanya sekolah negeri, tren serupa juga mulai terlihat di sekolah swasta. Beberapa sekolah bahkan menyusun ulang strategi akademik mereka dengan membuka kelas khusus persiapan SNBT berdasarkan rumpun ilmu. Bimbingan belajar di luar sekolah pun mengikuti pola yang sama, dengan membuka kelas intensif IPA, IPS, dan Bahasa.
Namun, tidak sedikit pula kalangan yang mengingatkan agar pengelompokan ini tidak dilakukan secara kaku. Psikolog pendidikan Rina Mardiana menekankan pentingnya tetap memberi ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minatnya. “Jurusan bisa membantu memfokuskan belajar, tapi jangan sampai mengunci potensi anak yang sebenarnya multidimensi,” katanya.
Ke depan, tantangan dunia pendidikan menengah adalah bagaimana menyeimbangkan antara kebebasan memilih pelajaran ala Kurikulum Merdeka dengan kebutuhan pragmatis dalam menghadapi SNBT. Jika dijalankan dengan bijak, pengembalian sistem jurusan bisa menjadi solusi strategis, bukan langkah mundur. Yang terpenting, siswa tetap menjadi pusat dari seluruh proses pendidikan.