JDNews.co.id, Jakarta– Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK, Sukadiono, menegaskan perlunya langkah antisipatif menghadapi ancaman flu burung yang semakin mengkhawatirkan. Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi lintas sektor untuk memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional.
“Risiko lintas spesies flu burung, termasuk pada manusia, terus meningkat secara global. Kita harus mengutamakan deteksi dini, pengawasan ketat, serta sinergi antarsektor untuk menghadapi tantangan ini,” ujar Sukadiono, Sabtu (18/1/2025).
Ia menekankan pentingnya riset berbasis teknologi deteksi dini sebagai prioritas utama dalam mencegah potensi pandemi. Selain itu, koordinasi erat antara sektor manusia, hewan, dan lingkungan dinilai menjadi kunci keberhasilan langkah mitigasi. “BRIN harus memimpin pengembangan teknologi deteksi dini. Kolaborasi lintas sektor diperlukan agar upaya pencegahan dan mitigasi berjalan efektif,” tambahnya.
Rapat ini juga membahas perkembangan global flu burung, termasuk kasus kematian pertama akibat H5N1 di Amerika Serikat dan Cambodia, serta penyebaran virus melalui burung liar hingga mamalia seperti sapi perah di Amerika. Di Tiongkok dan Eropa, peningkatan kasus pada manusia dan hewan turut menjadi perhatian.
Sebagai respons, Indonesia telah memiliki kerangka regulasi, di antaranya Permenko PMK No. 7 Tahun 2022 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis, serta Keputusan Menko PMK No. 20 Tahun 2024 tentang Tim Koordinasi Pusat Pencegahan Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru.
Sukadiono menambahkan bahwa tindak lanjut rapat ini mencakup penguatan lintas kementerian dan lembaga, terutama pada aspek pengawasan dan deteksi dini, sistem laboratorium, mekanisme koordinasi, kesiapsiagaan, penelitian, anggaran, tata laksana, serta analisis dan manajemen risiko.
Testing dan surveilans pada hewan mamalia, satwa liar, serta pekerja peternakan juga menjadi fokus mitigasi ancaman flu burung. Mitra pembangunan seperti FAO, WHO, CDC Indonesia, dan asosiasi profesi turut dilibatkan untuk memberikan masukan dalam penyusunan rencana aksi nasional.
Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas dan Ketahanan Kesehatan Kemenko PMK, Nancy Dian Anggraeni, menyoroti pentingnya penguatan regulasi, kesiapan SDM lintas sektor, serta pendanaan preventif untuk mendukung deteksi dini. “Kita belajar dari wabah flu burung 2005–2017, dengan tingkat kematian manusia yang mencapai 87 persen. Pandemi serupa harus dicegah atau diminimalkan dampaknya,” tegas Nancy. sumber: infopublik.id