JDNews.co.id, Batam – Dalam suasana penuh keberkahan Idul Fitri 1446 H, Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Prof. Dr. Riki Saputra, menyampaikan khotbah Idul Fitri di GOR Tumenggung Batam Center. Dalam khotbahnya, ia mengajak umat Islam untuk menjadi Insanul Kamil, manusia yang mencapai kesempurnaan dengan meneladani Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Prof. Riki menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan dua unsur utama, yakni jasmani dan rohani. Keduanya harus dipenuhi secara seimbang agar manusia dapat mencapai derajat Insanul Kamil. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Anfal ayat 29:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqan (kemampuan membedakan antara yang benar dan salah), dan menghapus kesalahan-kesalahanmu serta mengampuni (dosa-dosamu). Dan Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal: 29)
Menurutnya, ketakwaan merupakan kunci utama bagi manusia untuk mendapatkan petunjuk, ilmu, serta ampunan dari Allah SWT.
Dalam khotbahnya, Prof. Riki juga membahas nilai-nilai dalam Surah Al-Munafiqun yang mencerminkan tiga aspek penting dalam kehidupan manusia:
- Pengagungan kepada Allah SWT – Sebagai pemilik alam semesta, Allah SWT wajib dimuliakan dan ditaati.
- Interaksi Sosial – Manusia adalah makhluk sosial yang harus menjalin hubungan, berintegrasi, dan saling membantu.
- Akal dan Ilmu Pengetahuan – Allah menganugerahkan akal sebagai pembeda manusia dari makhluk lain, yang harus digunakan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
Prof. Riki menekankan bahwa unsur rohani dalam diri manusia bersifat suci dan tidak dapat diciptakan atau dimanipulasi oleh manusia sendiri. Oleh sebab itu, keseimbangan antara jasmani dan rohani harus senantiasa dijaga.
Dalam khotbahnya, Prof. Riki mengutip pemikiran Al-Takdir Ali Syahbana yang menyatakan bahwa manusia yang mampu mengendalikan jasmani dan rohaninya akan mencapai kemuliaan yang melebihi malaikat. Sebaliknya, jika gagal, manusia bisa jatuh lebih rendah daripada setan.
“Inilah tantangan terbesar bagi manusia, apakah kita memilih jalan kemuliaan atau justru terjerumus dalam kehinaan,” ujarnya.
Menutup khotbahnya, Prof. Riki mengingatkan bahwa Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi kesempatan untuk merefleksikan diri agar senantiasa menjaga keseimbangan antara jasmani dan rohani. Dengan demikian, manusia dapat menjadi Insanul Kamil yang beradab, berbudaya, dan bermanfaat bagi sesama.
“Di hari yang fitri ini, mari kita jaga keseimbangan diri, menjadi pribadi yang beradab, memiliki kendali diri, serta peduli terhadap sesama,” tutupnya.
Idul Fitri bukan hanya tentang kemenangan setelah menjalani ibadah puasa, tetapi juga momen untuk memperbaiki diri agar menjadi insan yang lebih baik di hadapan Allah dan sesama manusia.