JDNews.co.id – Di balik hamparan hijau kebun jeruk dan sawah terasering yang memesona, tersembunyi sebuah surga bagi pencinta kopi: Kintamani. Nama ini tak hanya merujuk pada destinasi wisata alam yang eksotis, tapi juga pada salah satu kopi arabika terbaik yang lahir dari tanah vulkanik di lereng Gunung Batur, Bali.
Kopi Kintamani memiliki ciri khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Rasa asam segar seperti buah sitrus, berpadu dengan aroma floral dan aftertaste ringan yang bersih di mulut. Karakter rasa yang unik ini berasal dari tanah subur daerah pegunungan serta metode tumpang sari dengan tanaman jeruk yang sudah lama menjadi tradisi di wilayah ini.
Bukan hal aneh bila para pencinta kopi dari berbagai belahan dunia rela menempuh perjalanan panjang ke Bali hanya untuk mencicipi kopi ini langsung dari sumbernya. Bukan hanya soal rasa, tapi juga pengalaman. Duduk di warung kopi sederhana dengan latar pemandangan gunung dan danau, sambil menyeruput kopi hangat, menjadi pengalaman yang sulit dilupakan.
Di Kintamani, kopi bukan sekadar minuman. Ia menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Petani kopi di sini tidak hanya menjaga cita rasa, tapi juga merawat tradisi. Proses pasca-panen dilakukan secara alami, dengan pengeringan sinar matahari dan fermentasi alami yang memperkaya cita rasa biji kopi.
Keunikan lain dari kopi Kintamani adalah statusnya sebagai kopi berlabel Indikasi Geografis (IG) pertama di Indonesia. Artinya, hanya kopi yang berasal dari wilayah ini yang berhak menyandang nama “Kintamani.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya asal-usul dan kualitas dalam menjaga keistimewaan kopi tersebut di pasar global.
Jadi, mengapa banyak orang rela datang jauh-jauh hanya untuk mencicipi kopi Kintamani? Karena setiap cangkirnya bukan hanya menyuguhkan rasa, tetapi juga membawa cerita tentang alam, tradisi, dan harmoni hidup masyarakat Bali. Sebuah pengalaman yang tak bisa dibeli di tempat lain, hanya bisa dirasakan langsung dari sumbernya.