JDNews.co.id – Industri manufaktur Indonesia mencatat sejarah baru. Dalam laporan terkini dari lembaga riset global, posisi Indonesia dalam sektor manufaktur kini melampaui Vietnam dan Thailand dua negara yang selama ini dianggap sebagai pesaing utama di kawasan Asia Tenggara. Ini menjadi bukti bahwa upaya transformasi industri dan kebijakan strategis pemerintah mulai membuahkan hasil nyata.
Data dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) menunjukkan bahwa kontribusi sektor manufaktur Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai angka yang signifikan, menjadikannya negara dengan basis industri terbesar di ASEAN. Bahkan secara global, posisi Indonesia kini masuk dalam jajaran 10 besar negara dengan sektor manufaktur paling kuat, mengungguli beberapa negara Asia yang selama ini dikenal sebagai “macan industri.”
Peningkatan ini tak lepas dari peran sektor otomotif, elektronik, makanan-minuman, serta industri kimia yang terus berkembang. Berbagai kebijakan insentif, seperti tax holiday dan kemudahan perizinan melalui OSS (Online Single Submission), turut mendorong masuknya investasi asing. Tak hanya itu, pelaku industri lokal juga makin kompetitif berkat digitalisasi proses produksi dan adopsi teknologi industri 4.0.
Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan menegaskan bahwa arah pembangunan ekonomi Indonesia adalah menuju negara industri tangguh. Visi ini diperkuat melalui program Making Indonesia 4.0 yang menargetkan Indonesia menjadi kekuatan manufaktur global. Pemerintah juga aktif membangun infrastruktur logistik dan energi untuk memperkuat rantai pasok nasional.
Namun, tantangan masih ada. Ketersediaan tenaga kerja terampil, stabilitas pasokan bahan baku, dan efisiensi energi menjadi fokus perbaikan ke depan. Meski demikian, pencapaian ini memberi optimisme bahwa Indonesia berada di jalur yang benar dalam mewujudkan kemandirian industri dan daya saing global.
Kebangkitan sektor manufaktur ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang kepercayaan diri nasional. Ketika Indonesia mulai dikenal bukan hanya sebagai negara penghasil bahan mentah, tetapi juga sebagai pusat produksi global, maka saat itulah nilai tambah ekonomi dan kesejahteraan rakyat bisa meningkat secara berkelanjutan.