JDNews.co.id – Musim kemarau mulai menunjukkan tanda-tandanya di sejumlah wilayah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa enam wilayah, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, sebagian Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan, sudah mulai memasuki awal musim kemarau pada awal April ini. Perubahan musim ini bukan hanya soal cuaca kering, tetapi juga berdampak langsung terhadap sektor pertanian.
Bagi petani, masuknya musim kemarau berarti harus lebih cermat mengelola air untuk lahan pertanian. Tanpa curah hujan yang cukup, risiko kekeringan lahan meningkat, terutama untuk sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada curah hujan alami. Kekurangan air dapat menurunkan produktivitas tanaman, bahkan memicu gagal panen bila tidak diantisipasi sejak dini.
Di beberapa daerah seperti NTB dan NTT, petani sudah terbiasa menghadapi musim kemarau lebih panjang. Namun, itu tidak berarti tantangan menjadi lebih ringan. Kebutuhan irigasi meningkat, dan ini berarti petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pompa air atau mencari sumber air alternatif. Hal ini bisa menekan keuntungan yang mereka peroleh dari hasil panen.
Di sisi lain, musim kemarau juga bisa membawa keuntungan bagi sebagian petani, terutama yang menanam tanaman yang tahan kering seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah. Tanaman ini justru tumbuh lebih optimal di musim kemarau asalkan masih tersedia cukup air untuk menyiram. Petani yang sudah mengatur pola tanam sesuai musim, cenderung lebih siap menghadapi situasi ini.
Pemerintah daerah bersama Kementerian Pertanian telah mengimbau petani untuk mulai beralih ke pola tanam yang sesuai dengan prediksi cuaca. Penyuluh pertanian di lapangan juga diminta aktif memberikan informasi dan pendampingan, terutama dalam hal pengelolaan air dan penggunaan benih tahan kering. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif musim kemarau terhadap produksi pangan.
Dengan perencanaan yang baik dan koordinasi antara petani, penyuluh, dan pemerintah, dampak musim kemarau bisa ditekan. Tantangan iklim memang tidak bisa dihindari, namun dengan adaptasi yang tepat, sektor pertanian tetap bisa bertahan dan bahkan tetap produktif meski di tengah cuaca yang tidak bersahabat.