JDNews.co.id – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menguji semangat literasi dan ketertarikan masyarakat terhadap sejarah dengan membuka sejumlah perpustakaan dan museum hingga pukul 23.00 WIB. Program ini dimulai pada awal Mei dan akan berlangsung selama sebulan sebagai bagian dari kampanye budaya bertajuk “Jakarta Baca dan Jakarta Ingat.”
Langkah ini diambil untuk memberi ruang lebih luas bagi warga, khususnya mereka yang memiliki kesibukan pada siang hari, agar tetap bisa mengakses buku-buku serta warisan sejarah ibu kota. Perpustakaan Jakarta di Cikini dan Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua menjadi dua lokasi percontohan yang mulai menerapkan jam operasional malam ini.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Wahyu Firmansyah, mengatakan bahwa kebijakan ini lahir dari banyaknya masukan masyarakat yang ingin memiliki waktu lebih fleksibel untuk berkunjung ke ruang-ruang literasi dan budaya. “Kami ingin melihat sejauh mana minat warga jika akses dibuka lebih malam,” ujarnya.
Hasilnya, dalam beberapa malam pertama saja, jumlah pengunjung menunjukkan tren meningkat. Banyak pengunjung datang bersama keluarga atau teman, bahkan ada yang menjadikan kunjungan ke museum malam sebagai alternatif rekreasi yang edukatif. Beberapa pengunjung mengaku baru pertama kali menikmati suasana museum di malam hari, yang dinilai lebih tenang dan magis.
Selain memperpanjang jam buka, pengelola juga menambahkan berbagai kegiatan menarik seperti diskusi buku, pertunjukan musik akustik, hingga tur tematik malam hari yang dipandu oleh sejarawan muda. Semua ini dilakukan untuk menciptakan pengalaman literasi dan sejarah yang menyenangkan dan relevan bagi generasi masa kini.
Jika program ini terbukti efektif meningkatkan minat baca dan kesadaran sejarah, pemerintah berencana memperluasnya ke lebih banyak lokasi serta menjadikannya program reguler. “Jakarta bukan hanya tentang kemacetan dan beton. Kota ini juga punya cerita dan pengetahuan yang layak untuk terus dihidupkan, siang dan malam,” tutup Wahyu.