JDNews.com – Gelombang protes yang melanda Indonesia baru-baru ini telah menarik perhatian media internasional. Berita-berita yang beredar menyebutkan bahwa tiga orang tewas dalam insiden pembakaran gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di beberapa daerah. Media Australia, seperti ABC, menyoroti dengan judul yang mencolok: “Tiga orang tewas setelah massa marah membakar gedung Parlemen di Indonesia.” Di sisi lain, outlet berita AS seperti AP dan New York Post melaporkan dengan nada serupa: “Setidaknya 3 tewas setelah massa membakar gedung DPRD.”
Berita ini juga menggema di media Asia, mencatat bahwa selain dari tiga korban jiwa, lima orang lainnya harus dirawat di rumah sakit. Pembakaran gedung DPRD terjadi di Makassar (Sulawesi Selatan) dan Bandung (Jawa Barat), dengan bentrokan antara polisi antihuru-hara dan pengunjuk rasa terjadi di berbagai kota, termasuk Medan, Solo, Yogyakarta, Magelang, Malang, Bengkulu, Pekanbaru, dan Manokwari di Papua.
Di Surabaya, kota terbesar kedua, pengunjuk rasa menyerbu markas polisi setelah merusak pagar dan membakar kendaraan. Dalam menghadapi situasi ini, pasukan keamanan terpaksa menggunakan gas air mata dan meriam air, tetapi demonstran melawan dengan kembang api dan pentungan kayu. Kedutaan besar asing, termasuk Amerika Serikat dan Australia, telah mengeluarkan imbauan bagi warga negara mereka untuk menjauhi area demonstrasi.
Ketenangan mulai kembali di Jakarta pada hari Sabtu, ketika pihak berwenang membersihkan puing-puing dan kendaraan yang dibakar. Protes ini dipicu oleh laporan mengenai tunjangan perumahan bulanan sebesar Rp50 juta untuk 580 politisi DPR, yang dinilai tidak peka di tengah kesulitan ekonomi yang dialami banyak orang.
Kemarahan semakin membara setelah kematian Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun, yang tewas tertabrak kendaraan taktis Polri saat menjalankan tugas. Insiden ini memicu protes yang meluas di berbagai wilayah. Presiden Prabowo Subianto dan pejabat tinggi lainnya segera mendatangi keluarga korban untuk memberikan belasungkawa.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa sekitar 950 orang ditangkap di Jakarta hingga Kamis, sementara 25 petugas polisi mengalami luka serius akibat serangan demonstran. Amnesty International juga mengkritik tindakan pemerintah Indonesia yang dianggap mengekang kebebasan berbicara. Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menegaskan bahwa tidak seharusnya ada yang kehilangan nyawa karena menjalankan hak untuk berunjuk rasa, dan mendesak agar semua tahanan yang hanya menggunakan hak mereka segera dibebaskan.
Sumber:sindonews.com


